Tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini oleh masyarakat Indonesia. Sejak tahun 1964, Presiden Soekarno menetapkan hari lahir Raden Ajeng (RA) Kartini tersebut sebagai Hari Kartini.
“Kami di sini memohon diusahakannya pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”
Begitulah ucapan RA Kartini dalam memperjuangkan pendidikan perempuan, seperti yang dikutip dari ‘Celoteh RA Kartini: 232 Ujaran Bijak Sang Pejuang Emansipasi’ oleh Ahmad Nurcholish (2018).
Buah pikir Kartini banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, sehingga menjadikan pendidikan sebagai alat untuk memajukan sebuah bangsa.
Bagi Kartini, pengetahuan yang diperoleh seseorang merupakan cara untuk mencapai kebahagiaan bagi individu atau sekelompok orang.
Kartini dan Dimulainya Pendidikan Perempuan Indonesia
Melansir laman Inspektorat Jenderal Kemdikbud RI, Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah.
Ia adalah anak salah seorang bangsawan yang taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orang tuanya.
Sejak remaja ia sudah akrab dengan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya. Itu menjadikan Kartini sangat akrab dengan buku dan tiada hari tanpa membaca buku.
Hal itu yang membuat Kartini sudah memiliki tujuan untuk mengembangkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Termasuk bagi kaum bumiputra atau pribumi saat itu.
Pada awal abad ke-20 mulailah terjadi perubahan-perubahan masyarakat di Indonesia yang diawali dengan perubahan pandangan pribumi.
Terdapat sekolah pertama perempuan bernama Sakola Istri didirikan oleh Raden Dewi Sartika, pada 16 Januari 1904, di Paseban Kulon Pendopo Kabupaten Bandung.
Setahun berikutnya, 1905, Dewi Sartika membangun gedung sekolah di tempat yang kini dikenal SD dan SMP Dewi Sartika.
Sejak itu juga pendidikan perempuan di Indonesia dimulai. Kartini turut membawa sagasan tentang kemajuan mulai tumbuh dan salah satunya tentang pendidikan perempuan.
Komitmen RA Kartini Memajukan Pendidikan Perempuan
Perjuangan pendidikan perempuan terus berkembang. RA Kartini kemudian menjadi perempuan pertama yang memprakarsai perkumpulan dan memajukan pendidikan perempuan.
Kartini memulai sebuah sekolah kecil yang mengajarkan baca-tulis, kerajinan tangan, dan memasak.
Dikutip dari situs Kemenkeu, sekolah Kartini akhirnya bisa berdiri berkat bantuan orang Belanda bernama Conrad Theodore van Deventer, tokoh politik etis yang terkesan dengan tulisan-tulisan Kartini.
Perjuangan Kartini juga sejalan dengan cita-cita Devanter yaitu mengangkat derajat bangsa pribumi secara rohani dan ekonomis serta memperjuangkan emansipasi mereka.
Pada tahun 1912, dibentuklah komite yang bertugas merumuskan pendidikan perempuan Jawa. Komite ini dijalankan dengan orang-orang yang dekat dan menyukai visi-visi Kartini, di antaranya yaitu Jacques Henrij Abendanon dan Deventer.
Di tahun itu juga diresmikan Yayasan Kartini dengan Conrad Theodore van Deventer sebagai ketua pertama. Keuangan Yayasan ini berasal dari penjualan kumpulan surat-surat Kartini.
Kisah Kartini sebagai tokoh wanita salah satunya tercatat dari buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang diambil dari kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini.
Kumpulan surat tersebut dibukukan oleh JH Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht. Setelah Kartini wafat, Mr. JH Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan RA Kartini pada teman-temannya di Eropa.
Sumber: Baca artikel detikedu, “Kisah Kartini, Putri Bangsawan yang Mendirikan Sekolah Khusus Perempuan” selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6682887/kisah-kartini-putri-bangsawan-yang-mendirikan-sekolah-khusus-perempuan.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Tinggalkan Komentar