Jakarta – Anak remaja terkadang menolak saran-saran orang tuanya. Kendati ditolak, saran orang tua ternyata tetap dapat bermanfaat bagi sang anak. Lebih jauh, peneliti mendapati anak yang patuh atas saran orang tua tak selalu baik untuk pertumbuhannya. Mengapa demikian?
Studi menunjukkan, para remaja kerap butuh waktu untuk mencerna dan mengevaluasi saran yang orang tua berikan. Kendati tidak langsung dianggap membantu, saran yang berisi opsi-opsi cara pandang dan cara penyelesaian dari orang tua bantu sang anak membentuk strategi sendiri dalam mengatasi masalah.
Para peneliti coba mengamati percakapan antara 100 anak kelas 5 SD dan ibunya. Pada tahap ini, peneliti mencari tahu seperti apa strategi para ibu bantu anak menghadapi masalah dan respons para anak yang beranjak remaja saat diberi saran. Untuk mengetahui cara-cara anak mengatasi masa transisi ke SMP, para siswa dan gurunya diminta mengisi survei tentang coping pada remaja dan keterlibatan di sekolah.
Di luar prediksi, peneliti mendapati anak-anak yang menolak atau ambigu saat merespons saran orang tua rupanya cenderung lebih mampu adaptif dalam mengatasi masalah masa SMP. Sebaliknya dengan anak yang lebih mematuhi saran ortu, seperti dipublikasi di Journal of Applied Developmental Psychology.
Pesan Tersirat Ortu Bantu Anak Tumbuh
Hasil studi juga menunjukkan bahwa saran para orang tua secara umum mengandung dorongan agar sang anak menyelesaikan masalah yang ada. Pesan tersirat tersebut menurut peneliti bantu anak mau mencoba mengakui adanya masalah dan mau mencoba menyelesaikannya.
“Kami tidak mendapati orang tua mendorong anaknya untuk mengabaikan masalah dan tidak perlu khawatir, yang kadang-kadang menjadi respons pada masalah tentang pertemanan,”
“Pada masalah akademik, khususnya di transisi ke SMP, orang tua ingin anaknya mencoba dan menghadapi masalah yang ada,” imbuh Associate Professor di Departemen Human Development and Family Studies, College of Agricultural, Consumer, and Environmental Sciences (ACES), UoI tersebut.
Saran-saran orang tua tersebut antara lain mendorong anak melihat melihat masalah dari perspektif-perspektif lain (reframing the problem). Para remaja juga didorong mempertimbangkan penjelasan lain di balik suatu masalah, berstrategi mencari dan menerapkan solusi, melihat masalah sebagai momen untuk belajar, dan mencari orang yang lebih tua yang bisa membantu seperti orang tua, guru, atau kakak.
Tinggalkan Komentar